1. Telaah
filsafat ilmu pendidikan matematika
Filsafat
Ilmu Pendidikan Matematika adalah filsafat yang menelusuri dan
menyelidiki (hakekat pelaksanaan pendidikan matematika yang bersangkut paut
dengan tujuan, latar belakang, cara dan hasilnya. Serta hakekat ilmu pendidikan
matematika yang berkaitan dengan analisis kritis terhadap struktur dan
kegunaannya.) sedalam dan seluas mungkin segala sesuatu mengenai semua
ilmu Pendidikan Matematika, terutama hakekatnya, tanpa melupakan metodenya.
Kerapkali kita lihat ilmu filsafat dipandang sebagai ilmu yang abstrak dan
berada di awang-awang saja, padahal ilmu filsafat itu dekat dan berada dalam
kehidupan kita sehari. Benar, filsafat bersifat tidak konkrit, karena
menggunakan metode berpikir sebagai cara pergulatannya dengan realitas hidup
kita.
Filsafat
, philosophy, dalam bahasa Inggeris, atau philosophya dalam Yunani mempunyai
arti cinta akan kebijaksanaan. Philos (cinta) atau philia (persahabatan,
tertarik kepada) dan sophos (kebijaksanaan, pengetahuan, keterampilan,
pengalaman praktis, inteligensi. Dari pengertian tersebut filsafat sebenarnya
amat dekat dengan realitas kehidupan kita. Untuk mengerti apa filsafat itu,
orang perlu menggunakan akal budinya untuk merenungkan realitas hidupnya, “apa
itu hidup? Mengapa saya hidup? Akan kemana saya hidup? Tentunya pertanyaan
tersebut sejatinya muncul alamiah bila akal budi kita dibiarkan bekerja.
Persoalannya, apakah orang atau peminat filsafat sudah membiarkan akal budinya
bekerja dengan baik memandang realitas? Aristoteles menyebut manusia sebagai
“binatang berpikir”. Tapi kita para guru menganggapnya sebagai ”Makhluk Allah”
yang berakal dan berbudi serta memiliki akhlak mulia. Untuk mencapai hal itu
diperlukan ilmu yang bernama Ilmu Pendidikan Matematika.
Filsafat ilmu pendidikan matematika.
Filsafat ilmu pendidikan matematika
dapat dibedakan dalam tiga macam yaitu :
a.
Ontologi ilmu pendidikan matematika
Ontologi adalah teori mengenai apa yang ada, dan membahas tentang yang ada,
yang tidak terikat oleh satu perwujudan tertentu. Eksistensi dari
entitas-entitas matematika juga menjadi bahan pemikiran filsafat. Adapun
metode-metode yang digunakan antara lain adalah:abstraksi fisik yang dimana
berpusat pada suatu obyek, Abstrksi bentuk adalah sekumpulan obyek yang
sejenis, Abstraksi metafisik adalah sifat obyek yang general. Jadi, matematika
ditinjau dari aspek ontologi, dimana aspek ontologi telah berpandangan untuk
mengkaji bagaimana mencari inti yang yang cermat dari setiap kenyataan yang
ditemukan, membahas apa yang kita ingin ketahui, seberapa jauh kita ingin tahu,
menyelidiki sifat dasar dari apa yang nyata secara fundamental.
b. Epitemologi Matematematika
Epistemologi merupakan salah satu bagian dari filsafat dimana
pemikiran reflektif terhadap segi dari pengetahuan seperti kemungkinan,
asal-mula, sifat alami, batas-batas, asumsi dan landasan, validitas dan
reliabilitas sampai kebenaran pengetahuan.
Jadi, matematika jika ditinjau dari aspek epistemologi, matematika
mengembangkan bahasa numerik yang memungkinkan kita untuk melakukan pengukuran
secara kuantitatif. Dengan konsep-konsep yang kongkrit, kontektual, dan terukur
matematika dapat memberikan jawaban secara akurat. Perkembangan struktur mental
seseorang bergantung pada pengetahuan yang diperoleh siswa melalui proses
asimilasi dan akomodasi.
c. Aksiologi Matematika
Aksiologi yaitu nilai-nilai, ukuran-ukuran mana yang akan dipergunakan
dalam seseorang mengembangkan ilmu. Aksiologi : Filsafat nilai, menguak baik
buruk, benar-salah dalam perspektif nilai Aksiologi matematika sendiri terdiri
dari etika yang membahas aspek kebenaran, tanggungjawab dan peran matematika
dalam kehidupan, dan estetika yang membahas mengenai keindahan matematika dan
implikasinya pada kehidupan yang bisa mempengaruhi aspek-aspek lain terutama
seni dan budaya dalam kehidupan. Jadi, jika ditinjau dari aspek aksiologi,
matematika seperti ilmu-ilmu yang lain, yang sangat banyak memberikan
kontribusi perubahan bagi kehidupan umat manusia di jagat raya nan fana ini.
Segala sesuatu ilmu di dunia ini tidak bisa lepas dari pengaruh matematika.
Dimulai dengan pertanyaan dasar untuk apa penggunaan pengetahuan ilmiah?Apakah
manusia makin cerdas dan makin pandai dalam mencapai kebenaran ilmiah,maka
makin baik pula perbuatanya.
2. Perbedaan
antara filsafat ilmu pengetahuan dengan filsafat ilmu pendidikan matematika
dari perspektif ontologi, metode, objek, lingkup, jenis dan tujuan.
Pengertian Filsafat
Adalah cinta akan kebijaksanaan. Filsafat
berasal dari kata bahasa Yunani philosophia yang terdiri dari dua suku kata
yaitu philos yang berarti cinta dan sophos yang berarti kebijaksanaan
Pengertian filsafat secara luas adalah :
Pengertian filsafat secara luas adalah :
1. Usaha
spekulatif manusia yang sangat rasional, sistematik, konseptual untuk
memperoleh pengetahuan selengkap mungkin berdasarkan kaidah ilmiah
2. Ikhtiar
atau usaha untuk menentukan batas-batas pengetahuan secara koheren dan
menyeluruh (”holistic dan comprehensive”)
3. Wacana
tempat berlangsungnya penelusuran kristis terhadap berbagai pernyataan dan
asumsi yang umumnya merupakan dasar suatu pengetahuan.
4. Dapat
dipandang sebagai suatu tubuh pengetahuan yang memperlihatkan apa yang kita
lihat dan katakan. Dia harus seiring dan sejalan dalam aplikasi dan
penerapannya di lapangan.
Filsafat menjembatani cara berfikir secara ontologis, epistemologi dan aksiologi
· Ontologi
: hakikat apa yang dikaji
· Epistemologi
: cara mendapatkan pengetahuan yang benar
· Aksiologi
: nilai kegunaan ilmu
Filsafat
adalah pengetahuan yang mempelajari seluruh fenomena kehidupan manusia secara
kritis. Filsafat disebut juga ilmu pengetahuan yg mencari hakekat dari berbagai
fenomena kehidupan manusia. Filsafat adalah pengetahuan metodis, sistematis dan
koheren tentang seluruh kenyataan (realitas). Filsafat merupakan refleksi
rasional (fikir) atas keseluruhan realitas untuk mencapai hakikat (= kebenaran)
dan memperoleh hikmat (= kebijaksanaan).
Dalam
sejarah filsafat Yunani, filsafat mencakup seluruh bidang ilmu pengetahuan.
Lambat laun banyak ilmu-ilmu khusus yang melepaskan diri dari filsafat.
Meskipun demikian, filsafat dan ilmu pengetahuan masih memiliki hubungan dekat.
Sebab baik filsafat maupun ilmu pengetahuan sama-sama pengetahuan yang metodis,
sistematis, koheren dan mempunyai obyek material dan formal. Namun yang
membedakan diantara keduanya adalah: filsafat mempelajari seluruh realitas,
sedangkan ilmu pengetahuan hanya mempelajari satu realitas atau bidang tertentu.
Filsafat adalah induk semua ilmu pengetahuan. Dia memberi sumbangan dan peran sebagai induk yang melahirkan dan membantu mengembangkan ilmu pengetahuan hingga ilmu pengetahuan itu dapat hidup dan berkembang. Filsafat membantu ilmu pengetahuan untuk bersikap rasional dalam mempertanggungjawabkan ilmunya. Pertanggungjawaban secara rasional di sini berarti bahwa setiap langkah langkah harus terbuka terhadap segala pertanyaan dan sangkalan dan harus dipertahankan secara argumentatif, yaitu dengan argumen-argumen yang obyektif (dapat dimengerti secara intersuyektif).
Filsafat adalah induk semua ilmu pengetahuan. Dia memberi sumbangan dan peran sebagai induk yang melahirkan dan membantu mengembangkan ilmu pengetahuan hingga ilmu pengetahuan itu dapat hidup dan berkembang. Filsafat membantu ilmu pengetahuan untuk bersikap rasional dalam mempertanggungjawabkan ilmunya. Pertanggungjawaban secara rasional di sini berarti bahwa setiap langkah langkah harus terbuka terhadap segala pertanyaan dan sangkalan dan harus dipertahankan secara argumentatif, yaitu dengan argumen-argumen yang obyektif (dapat dimengerti secara intersuyektif).
Filsafat Ilmu
Filsafat ilmu adalah ikhtiar manusia
untuk memahami pengetahuan agar menjadi bijaksana. Dengan filsafat ilmu
keabsahan atau cara pandang harus bersifat ilmiah. Filsafat ilmu memperkenalkan
knowledge dan science yang dapat ditransfer melalui proses pembelajaran atau
pendidikan.
Filsafat ilmu adalah filsafat yang
menelusuri dan menelidiki sedalam dan seluas mungkin segala sesuatu mengenai
semua ilmu, terutama hakekatnya, tanpa melupakan metodenya. Kerapkali kita
lihat ilmu filsafat dipandang sebagai ilmu yang abstrak dan berada di
awang-awang saja, padahal ilmu filsafat itu dekat dan berada dalam kehidupan
kita sehari. Benar, filsafat bersifat tidak konkrit, karena menggunakan metode
berpikir sebagai cara pergulatannya dengan realitas hidup kita.
Filsafat , philosophy, dalam bahasa
Inggeris, atau philosophya dalam Yunani mempunyai arti cinta akan
kebijaksanaan. Philos (cinta) atau philia (persahabatan, tertarik kepada) dan
sophos (kebijaksanaan, pengetahuan, keterampilan, pengalaman praktis,
inteligensi. Dari pengertian tersebut filsafat sebenarnya amat dekat dengan
realitas kehidupan kita. Untuk mengerti apa filsafat itu, orang perlu
menggunakan akal budinya untuk merenungkan realitas hidupnya, “apa itu hidup?
Mengapa saya hidup? Akan kemana saya hidup? Tentunya pertanyaan tersebut
sejatinya muncul alamiah bila akal budi kita dibiarkan bekerja. Persoalannya,
apakah orang atau peminat filsafat sudah membiarkan akal budinya bekerja dengan
baik memandang realitas? Aristoteles menyebut manusia sebagai “binatang
berpikir”. Tapi kita para guru menganggapnya sebagai ”Makhluk Allah” yang
berakal dan berbudi serta memiliki akhlak mulia. Untuk mencapai hal itu
diperlukan ilmu yang bernama Ilmu Pendidikan
Filsafat Ilmu Pendidikan Matematika
Filsafat Ilmu Pendidikan dalam arti luas menurut Mudyahardjo (2004;5) dapat
dibedakan menjadi dua macam yakni:
1. Filsafat
praktek pendidikan yaitu analisis kritis dan komperhensif tentang babgaimana seharusnya
pendidikan diselenggarakan dan dilaksanakan dalam kehidupan manusia.
2. Filsafat
Ilmu Pendidikan yaitu analisis kritis dan komperhensif tentang pendidikan dan
konsep-konsep psikologi pendidikan yang berkaitan dengan teori-teori belajar,
pengukuran pendidikan, prosedur-prosedur sistematis tentang penyusunan
kurikulum, dan sebagainya yang akhirnya dapat menjadi teori pendidikan
Dalam hal ini sama saja dengan semua pendidikan salah satunya Filsafat Ilmu
Pendidikan Matematika.
Filsafat Ilmu Pendidikan Matematika berkembang sesuai dengan peranannya,
merupakan landasan filosofis yang menjiwai seluruh kebijaksanaan dan
pelaksanaan pendidikan Matematika.
Filsafat Pendidikan Matematika adalah sebagai ilmu Pengetahuan normative
dalam bidang pendidikan matematika, merumuskan kaidah-kaidah , norma-norma atau
ukuran yang sebenarnya dilaksanakan manusia dalam hidup dan kehidupannya.
PERSPEKTIF
|
FILSAFAT ILMU PENGETAHUAN
|
FILSAFAT ILMU PENDIDIKAN MATEMATIKA
|
SIFAT
|
Spekulatif
|
Pragmatis,
eksplisit, general, terbuka, objektif, dan universal.
|
ONTOLOGI
|
Mempersoalkan
dan mengkaji berbagai hal yang berkaitan dengan ilmu pengetahuan. Memiliki
prosedur aturan ilmiah yakni merumuskan pernyataan (pengamatan), perumusan
generalisasi, pembuktian generalisasi empiris dan pengembangan teori.
|
Mengkaji
bagaimana mencari inti yang yang cermat dari setiap kenyataan yang ditemukan,
membahas apa yang kita ingin ketahui, seberapa jauh kita ingin tahu,
menyelidiki sifat dasar dari apa yang nyata secara fundamental.
|
METODE
|
1. Eksperimen
2. Rasionalisasi
|
Eksperimen
|
OBJEK
|
Segala
sesuatu yang masuk dalam peta kognitif manusia. Objeknya benda-benda mati,
mahluk hidup dan sang pencipta.
|
1. Objek materi (hal yang
dijadikan sasaran penyelidikan)
2. Objek forma
(sudut pandang dari mana hal atau bahan yang dipandang)
|
LINGKUP
|
Sesuatu
yang nyata dan tidak nyata.
|
Nyata
bersifat ilmu pengetahuan
|
JENIS
|
1. Berbentuk khusus yaitu
pengetahuan yang langsung diterima tanpa kritik dan biasa dimanfaatkandalam
kehidupan sehari-hari.
2. Konkrit yaitu
terikat oleh ruang dan waktu tertentu dan cenderung bermacam / berbeda-beda
dalam jenis dan bentuk
3. Bersifat
relatif yaitu selalu berubah-ubah menurut situasi dan kondisi tertentu dari
subjek dan objek pengetahuan.
|
1. Ilmu pengetahuan
kefilsafatan ( filosofy)
2. Ilmu
pengetahuan teoritik positif atau ilmu pengetahuan teoritik empirik
2.Ilmu
pengetahuan terapan (disiplin)
|
TUJUAN
|
1. Mendalami
unsur-unsur pokok ilmu,sehingga secara menyeluruh kita dapat memahami sumber,
hakikat dan tujuan ilmu.
2. Memahami
sejarah pertumbuhan, perkembangan, dan kemajuan ilmu di berbagai bidang,
sehingga kita mendapat gambaran tentang proses ilmu konteporer secara
historis.
3. Menjadi
pedoman bagi para dsen dan mahasiswa dalam mendalami studi di perguruan
tinggi, terutama untuk mebedakan persoalan yang ilmiah dan non ilmiah.
4. Mendorong
para calon ilmuan untuk konsisten dalam mendalami dan megembangkanya.
|
Tujuan
filsafat pendidikan matematika adalah untuk memahami:
1. Sifat-sifat
dasar matematika
2. Sejarah
matematika
3. Psikologi
belajar matematika
4. Teori
mengajar matematika
5. Psikologi
anak dalam kaitanya dengan pertumbuhan konsep matematis
6. Pengembangan
kurikulun matematika sekolah
7. Penerapan
kurikulum matematika disekolah.
|
3. Tiga
asumsi yang dijadikan dasar untuk penemuan dan pengembangan ilmu pengetahuan.
a. Objek Ada
Kesamaan
Menganggap objek- objek tertentu mempunyai keserupaan satu sama lain,
umpamanya dalam bentuk, struktur, sifat, dan sebagainya. Berdasarkan ini maka
kita dapat mengelompokkan beberapa objek yang serupa ke alam satu golongan.
Misalnya klasifikasi hewan atau tumbuhan. Klasifikasi merupakan pendekatan
keilmuan yang pertama terhadap objek- objek yang ditelaahnya dan taksonomi
merupakan cabang keilmuan yang mula- mula sekali berkembang. Konsep ilmu yang
lebih lanjut seperti konsep perbandingan (komparatif) dan kuantitatif hanya
dimungkinkan dengan adanya taksonomi yuang baik. Lineaus (1707- 1778) merupakan
pelopor dalam penggolongan hewan dan tumbuh- tumbuhan secara sistematis.
Dengan adanya klasifikasi ini, sehingga kita menganggap bahwa individu-
individu dalam suatu kelas tertentu memiliki ciri- ciri yang serupa, maka ilmu
tidak berbicara mengenai kasus individu. Melainkan suatu kelas tertentu.
Istilah manusia umpamanya memberikan pengertian tentang suatu kelas yang
anggotanya memiliki ciri- ciri tertentu yang serupa.
b. Objek
Tidak Berubah
Anggapan bahwa suatu benda tidak mengalami perubahan dalam jangka waktu
tertentu. Kegiatan keilmuan bertujuan mempelajari tingkah laku suatu objek
dalam suatu keadaan tertentu. Kegiatan ini jelas tidak dapat dilakukan bila
objek selalu berubah- ubah tiap waktu. Walaupun begitu kita tidak dapat
menuntut adanya kelestarian yang absolut, sebab dalam perjalanan waktu setiap
benda akan mengalami perubahan. Karena itu ilmu hanya menuntut adanya
kelestarsian yang relatif. Artinya sisfat- sifat pokok dari suatu benda tidak
berubah dalam jangka waktu tertentu. Tercakup dalam pengertian ini adalah
pengakuan bahwa benda- benda dalam jangka panjang akan mengalami perubahan dan
jangka waktu ini berbeda- beda untuk tiap benda.
Planet- planet memperlihatkan perubahan dalam waktu yang relatif sangat
panjang bila dibandingkan dengan sebongkah es batu di suatu panas terik di
musim kemarau. Kelestarian yang relatif dalam jangka waktu tertentu ini
memungkinkan kita untuk melakukan pendekatan keilmuan terhadap objek yang
sedang diselidiki.
c. Determinisme
Gejala, Bukan Kebetulan
Determinisme merupakan asumsi ilmu yang ketiga. Kita menganggap bahwa suatu
gejala bukanlah suatu kejadian yang bersifat kebetulan. Setiap gejala mempunyai
suatu pola tertentu yang bersifat tetap dengan urutan- urutan kejadian yang
sama. Misalnya pada sate dibakar akan mengeluarkan bau yang merangsang. hal ini
bukanlah suatu kebetulan sebab memang sudah demikian hakikatnya suatu pola.
Sebab bila sate dibakar akan senantiasa timbul bau yang merangsang. Demikian
juga dengan gejala- gejala yang lainnya yang kita temui dalam kehidupan sehari-
hari, misalnya lagi sesudah langit mendung maka turunlah hujan atau sesudah
gelap terbitlah terang. Namun seperti juga dengan asumsi kelestarian, ilmu
tidak menuntut adanya hubungan sebab akibat yasng mutlak sehingga suatu
kejadian tertentu harus selalu diikuti oleh suatu kejadian yang lain, ilmu
tidak mengemukakan bahwa X selalu mengakibatkan Y. Melainkan mengatakan bahwa X
memnya Y.
Determinisme dalam pengertian ilmu mempunyai konotasi yang bersifat peluang
(probabilistik). Statistika merupakan metode yang menyatakan hubungan
probabilistik antara gejala- gejala dalam penelaahan keilmuan. Sesuai dengan
peranannya dalam kegiatan ilmu, maka dasar statistika adalah teori peluang.
Statistika mempunyai peranan yang menentukan dalam persyaratan- persayaratan
keilmuan sesuai dengan asumsi ilmu tentang alam. Tanpa statistika hakikat ilmu
akan sangat berlainan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar