Berikut ini akan
diuraikan secara rinci fase-fase pengembangan perangkat pembelajaran dengan
model Plomp.
·
Fase investigasi awal (preliminary investigation)
Kegiatan yang dilakukan
pada tahap investigasi awal adalah menghimpun informasi permasalahan
pembelajaran matematika terdahulu dan merumuskan rasional pemikiran pentingnya
mengembangkan model, mengidentifikasi dan mengkaji teori-teori yang melandasi
pengembangan model seperti teori-teori yang melandasi model pembelajaran yang
relevan dengan pembelajaran matematika, teori tentang model pembelajaran dan
pengembangannya.
Pada tahapan ini
juga dilakukan analisis terhadap (1) kondisi siswa yang meliputi: kemampuan,
dan kemauan belajar, (2) analisis kurikulum yang meliputi: analisis materi
(mengidentifikasi, merinci, dan menyusun konsep secara sistematis untuk pengorganisasian
materi pelajaran), merumuskan kompetensi dasar dan kriteria kinerja. Untuk
perangkat pembelajaran, dalam tahap ini dilakukan identifikasi dan kajian
terhadap kurikulum matematika, analisis kondisi siswa, analisis konsep,
analisis tugas dan penetapan kriteria kinerja yang akan dicapai melalui
pembelajaran. Kelima kegiatan di atas dapat dijelaskan sebagai berikut:
1)
Analisis
ujung depan
Analisis ujung
depan ditujukan untuk menentukan masalah dasar yang diperlukan dalam
pengembangan bahan pelajaran. Pada tahap ini dilakukan telaah terhadap
kurikulum, dan teori-teori pembelajaran yang mendasari model sehingga diperoleh
deskripsi pola pembelajaran yang dianggap ideal.
2) Analisis siswa
Analisis siswa
merupakan telaah tentang karakteristik siswa yang sesuai dengan rancangan
pengembangan bahan pelajaran. Karakteristik ini meliputi kemampuan matematika
yang dimiliki, sikap terhadap topik pembelajaran. Dalam analisis kognitif
diasumsikan bahwa siswa telah memasuki tahap perkembangan operasi formal.
3) Analisis materi
Analisis materi
ditujukan untuk, memilih dan menetapkan, merinci dan menyusun secara sistematis
materi ajar yang relevan untuk diajarkan berdasarkan analisis ujung depan.
4) Analisis tugas
Analisis tugas
ditujukan untuk mengidentifikasikan ketrampilan utama yang diperlukan pada
kurikulum dan menganalisisnya pada suatu kerangka sub ketrampilan akademis yang
akan dikembangkan dalam pembelajaran.
5) Spesifikasi
kompetensi
Spesifikasi
kompetensi ditujukan untuk mengkonversikan kompetensi dari analisis materi, dan
analisis tugas menjadi sub-sub kompetensi (kompetensi dasar) yang akan dicapai,
yang dinyatakan dalam penguasaan content dan perfomance siswa.
·
Fase desain (design)
Kegiatan yang
dilakukan dalam perancangan model ini adalah memilih format buku model,
diperoleh gambaran buku model yang berisikan; rasional model, memahami
teori-teori pendukung yang dapat dimasukkan dalam komponen-komponen model,
menetapkan garis-garis besar deskripsi dan komponen-komponen model, menguraikan
petunjuk pelaksanaan, serta contoh penerapan model.
Kegiatan yang
dilakukan dalam merancang komponen-komponen model meliputi:
(1) merancang sintaks pembelajaran
(2) merancang sistem sosial
(3) merancang prinsip reaksi, yaitu memberikan gambaran kepada guru
bagaimana memperlakukan siswa sebagai subjek belajar yang memiliki persepsi, imajinasi,
perhatian, dan daya nalar serta bagaimana memandang dan merespons setiap perilaku
yang ditunjukkan oleh siswa selama pembelajaran
(4) merancang sistem pendukung, yaitu syarat/kondisi yang diperlukan
agar model pembelajaran yang sedang dirancang dapat terlaksana, seperti setting
kelas, sistem instruksional, perangkat pembelajaran, fasilitas belajar, dan
media yang diperlukan dalam pembelajaran
(5) merancang dampak dari pembelajaran. Dampak disini ada dua macam
yaitu dampak instruksional dan dampak pengiring. Dampak instruksional adalah
dampak yang merupakan akibat langsung dari pembelajaran, sedangkan dampak
pengiring adalah akibat tidak langsung dari pembelajaran.
Dalam tahap ini
diperoleh gambaran analisis topik, analisis tugas, rencana pembelajaran, buku
guru, buku siswa, lembar aktivitas siswa, pemilihan media pembelajaran, dan
pemilihan format perangkat yang digunakan. Langkah-langkah yang ditempuh dalam
perancangan perangkat pembelajaran ini adalah sebagai berikut :
1)
Penyusunan
rencana pembelajaran
Dasar dari penyusunan rencana pembelajaran adalah komponen-komponen model
(sintaks, sistem sosial, prinsip reaksi, sistem pendukung, dan dampak instruksional
dan dampak pengiring), analisis tugas dan analisis topik yang dijabarkan
berdasarkan materi pembelajaran untuk mencapai sub-sub kompetensi yang
ditetapkan.
2) Pemilihan media
Kegiatan pemilihan media ini dilakukan untuk menentukan media yang tepat
dalam penyajian materi pembelajaran yang bersumber dari alat kejuruan dengan
prinsip bahwa konsep dan prinsip matematika yang akan disampaikan melekat pada
alat tersebut, dan kompetensi dari hasil pemecahan masalah menunjukkan manfaat
mempelajari matematika untuk kehidupan siswa.
3) Pemilihan format perangkat pembelajaran
Pemilihan ini menyangkut desain isi, pemilihan strategi pembelajaran,
dan sumber belajar.
4) Desain awal
Kegiatan desain awal merupakan rancangan awal perangkat pembelajaran yang
melibatkan aktivitas guru dan siswa. Wujud nyata desain awal perangkat pembelajaran
yang dibuat, meliputi gambaran analisis topik, analisis tugas, rencana
pembelajaran (RPP), buku guru, buku siswa, lembar kerja siswa (LKS), dan peta
konsep.
·
Fase realisasi/konstruksi (realization/construction)
Tahapan ini sebagai
lanjutan kegiatan pada tahap perancangan. Pada tahap ini dihasilkan prototipe 1
(awal) sebagai realisasi hasil perancangan model. Kegiatan yang dilakukan pada
fase ini meliputi:
(1)
menyusun
sintaks pembelajaran
(2)
menetapkan
sistem sosial
(3)
menyusun
prinsip reaksi, yaitu memberikan gambaran kepada guru memberikan scaffolding
serta bagaimana memandang dan merespons setiap perilaku yang ditunjukkan
oleh siswa selama pembelajaran
(4)
menentukan
sistem pendukung, yaitu syarat/kondisi yang diperlukan agar model pembelajaran
yang sedang dirancang dapat terlaksana, seperti setting kelas, sistem
instruksional, perangkat pembelajaran, fasilitas belajar, dan media yang
diperlukan dalam pembelajaran, termasuk menyusun petunjuk penggunaan perangkat
pembelajaran
(5)
menyusun
dampak dari pembelajaran. Model pembelajaran hasil dari fase ini selanjutnya
disebut dengan prototipe 1.
Hasil-hasil
konstruksi tersebut diteliti kembali apakah kecukupan teori-teori pendukung
model telah dipenuhi dan diterapkan dengan baik pada setiap komponen-komponen
model sehingga siap diuji kevalidannya oleh para ahli dan praktisi dari sudut
rasional teoritis dan kekonsistenan konstruksinya. Pada tahap ini, dihasilkan
prototipe 1 sebagai bagian terintegrasi dari prototipe 1 model, yakni realisasi
hasil perancangan perangkat pembelajaran yang diperlukan. Hasil-hasil
konstruksi diteliti kembali apakah rencana pembelajaran telah menggambarkan
secara operasional sintaks yang ditetapkan, apakah teori-teori pendukung model
telah diterapkan dengan baik pada buku guru, buku siswa, dan lembar kegiatan
siswa sehingga dapat memfasilitasi siswa belajar dalam mengkonstruksi
pengetahuan matematika dengan bantuan guru. Dengan demikian, seluruh perangkat
pembelajaran siap diuji valid tidaknya oleh para ahli dan praktisi berdasarkan
aspek rasional teoritis dan kekonsistenan konstruksinya.
·
Fase tes, evaluasi, dan revisi (test, evaluation, and revision)
Pada tahapan ini
dilakukan 2 kegiatan utama, yaitu (1) kegiatan validasi dan (2) melakukan
ujicoba lapangan prototipe model hasil validasi.
1). Kegiatan Validasi
Sebelum kegiatan
validasi model dan perangkat pembelajaran dilakukan, terlebih dahulu
dikembangkan instrumen. Jenis instrumen yang digunakan dalam fase ini adalah
lembar validasi. Sebelum digunakan terlebih dahulu divalidasi oleh para pakar
untuk menguji layak atau tidak layaknya instrumen-instrumen tersebut digunakan
untuk mengukur aspek-aspek yang ditetapkan, ditinjau dari kejelasan tujuan
pengukuran yang dirumuskan, kesesuaian butir-butir pertanyaan untuk setiap
aspek, penggunaan bahasa, dan kejelasan petunjuk penggunaan instrumen.
Kegiatan validasi
isi dan validasi konstruk model dilakukan dengan memberikan buku model dan
instrumen validasi pada para pakar dan praktisi. Para ahli yang bertindak
sebagai validator adalah pakar pendidikan matematika dan yang berpengalaman
dalam pengembangan model pembelajaran, ahli matematika, ahli pendidikan
matematika, ahli teknologi pembelajaran dan manajemen pendidikan, serta guru
matematika sebagai praktisi. Saran dari pakar dan praktisi tersebut digunakan
sebagai landasan penyempurnaan atau revisi model. Kegiatan yang dilakukan pada
waktu memvalidasi model adalah sebagai berikut
a. meminta
pertimbangan ahli dan praktisi tentang kelayakan model pembelajaran (pada prototipe
1) yang telah direalisasikan. Untuk kegiatan ini diperlukan instrumen berupa
lembar validasi dan buku model yang diserahkan kepada validator.
b. melakukan
analisis terhadap hasil validasi dari validator. Jika hasil analisis
menunjukkan:
i. valid tanpa revisi, maka kegiatan selanjutnya adalah uji coba lapangan.
ii.valid dengan sedikit revisi, maka kegiatan selanjutnya adalah
merevisi terlebih dahulu, kemudian langsung uji coba lapangan.
iii.tidak valid, maka dilakukan revisi sehingga diperoleh prototipe baru
model. Kemudian kembali pada kegiatan meminta pertimbangan ahli dan praktisi.
Disini ada kemungkinan terjadi siklus (kegiatan validasi secara berulang) untuk
mendapatkan model yang valid. Setelah memperoleh buku model yang valid,
selanjutnya dilakukan validasi perangkat pembelajaran, dengan tahapan-tahapan
sebagaimana dijelaskan di atas.
2). Kegiatan Uji coba Lapangan
Sebelum kegiatan
uji coba model menggunakan perangkat pembelajaran yang telah dikembangkan,
terlebih dahulu dikembangkan instrumen. Jenis instrumen yang digunakan dalam
fase ini adalah lembar observasi. Sebelum digunakan, instrumen tersebut
terlebih dahulu divalidasi oleh para pakar untuk menguji layak atau tidak
layaknya instrumen-instrumen tersebut digunakan untuk mengukur aspek-aspek yang
ditetapkan.
Uji coba dilakukan
bertujuan untuk melihat sejauh mana kepraktisan dan keefektifan model dalam
pelaksanaan pembelajaran di kelas. Berdasarkan hasil uji coba lapangan dan
analisis data hasil uji coba dilakukan revisi. Uji coba dan revisi ini dapat
dilakukan berulang-ulang sampai diperoleh prototipe model (buku model,
perangkat pembelajaran, dan instrumen) yang diinginkan berdasarkan aspek-aspek
kepraktisan dan keefektifan. Untuk melakukan kegiatan ini, diperlukan
pengembangan perangkat pembelajaran dan instrument terkait dengan pengukuran
kepraktisan dan keefektifan model (penjelasan lebih lengkap tentang penyusunan
dan pengembangan perangkat pembelajaran dan instrumen akan dibahas pada bagian
berikutnya). Adapun kegiatan yang dilakukan pada waktu uji coba adalah:
1) melakukan uji coba lapangan,
2) melakukan analisis terhadap data hasil uji coba, dan
3) melakukan revisi berdasarkan hasil analisis data hasil uji coba.
Uji coba, analisis,
dan revisi ini dimungkinkan terjadi siklus (kegiatan uji coba secara berulang)
untuk mendapatkan prototipe final model yang memenuhi kriteria kepraktisan dan
keefektifan. Sejalan dengan setiap tahapan pengembangan model, mulai dari tahap
pengkajian awal sampai tahap tes, evaluasi, dan revisi seluruh komponen-komponen
model, perangkat pembelajaran, dan instrumen penelitian diimplemen-tasikan
dengan situasi saat ini. Jika terdapat perbaikan (revisi) atau perubahan pada
model maka segera dilakukan peninjauan pada bagian-bagian perangkat dan
instrumen penelitian. Untuk melakukan revisi sejalan dengan perubahan dan
revisi pada model. Selanjutnya diimplementasikan apa yang telah dihasilkan saat
ini.
Sebelum ujicoba
dilakukan, terlebih dahulu diberikan penjelasan pada guru mitra yang
melaksanakan pembelajaran dan pengamat yang mengamati jalannya proses
pembelajaran. Dalam ujicoba ini juga dilakukan uji awal dan akhir untuk
mengetahui reliabilitas, validitas, dan sensitivitas instrumen tes, dan aktivitas
pembelajaran dalam pencapaian kompetensi yang ditetapkan berdasarkan data
empirik. Desiminasi model boleh tidak dilakukan, karena berbagai pertimbangan.
Dalam proses
pengembangan untuk mendapatkan prototipe final, yaitu model pembelajaran yang
valid, praktis dan efektif, dimungkinkan akan terjadi siklus (kegiatan berulang)
yaitu: melakukan validasi, dan revisi berulang kali terhadap prototype 1 (yang
terdiri dari model, perangkat-perangkat pembelajaran, dan instrumen) dan
prototipe yang telah memenuhi kriteria kevalidan diujicobakan beberapa kali di
lapangan sampai kriteria kepraktisan/keterlaksanaan, dan keefektifan dipenuhi. Secara
operasional, kegiatan validasi prototipe 1 (yang terdiri dari model, perangkat-perangkat
pembelajaran, dan instrumen) dilakukan secara bersamaan/serentak, sehingga
apabila kriteria kevalidan model belum dipenuhi, maka ketika merevisi model
(sebagian atau keseluruhan) dilakukan bersamaan/serentak merevisi
perangkat-perangkat dan instrumen yang terkait. Misalkan terjadi revisi atau
perubahan pada sintaks (tahapan pembelajaran) maka dilakukan secara bersamaan
revisi/perubahan pada rencana pembelajaran sebab rencana pembelajaran adalah
operasional dari sintaks.
·
Fase implementasi (implementation).
Tahap pendefinisian bertujuan untuk menentukan
dan mendefinisikan syarat-syarat yang dibutuhkan dalam pembelajaran dengan
menganalisis tujuan dan batasan materi. Kegiatan ini ditetapkan terlebih dahulu
sebagai landasan untuk melangkah ke tahap-tahap pengembangan selanjutnya.
Model Plomp (2007:15)
Preliminary research : Analisis kebutuhan dan konteks, kajian literatur, mengembangkan kerangka
konseptual dan teoritis untuk penelitian.
Prototyping stage : Proses perancangan secara siklikal dan berurutan dalam bentuk proses
penelitian yang lebih mikro serta menggunakan evaluasi formatif untuk
meningkatkan dan memperbaiki model intervensi.
Assessment phase : Semi evaluasi sumatif untuk menyimpulkan apakah solusi atau intervensi
sudah sesuai dengan diinginkan serta mengajukan rekomendasi pengembangan model
intervensi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar