Penelitian deskriptif
adalah suatu bentuk penelitian yang ditujukan untuk mendeskripsikan
fenomena-fenomena yang ada, baik fenomena alamiah maupun fenomena buatan
manusia. Fenomena itu bisa berupa bentuk, aktivitas, karakteristik, perubahan,
hubungan, kesamaan, dan perbedaan antara fenomena yang satu dengan fenomena
lainnya (Sukmadinata, 2006:72). Penelitian deskriptif merupakan penelitian yang
berusaha mendeskripsikan dan menginterpretasikan sesuatu, misalnya kondisi atau
hubungan yang ada, pendapat yang berkembang, proses yang sedang berlangsung,
akibat atau efek yang terjadi, atau tentang kecendrungan yang tengah
berlangsung.
Penelitian deskriptif dapat digunakan pendekatan
kuantitatif berupa pengumpulan dan pengukuran data yang berbentuk
angka atau pendekatan kualitatif berupa penggambaran keadaan secara naratif
(kata-kata) apa adanya, (Sukmadinata, N. S, 2011). Metode deskriptif
lebih luas dari metode survey, sehingga metode survey merupakan bagian dari
penelitian deskriptif. Terkait dengan ini Sukmdiana, N.S, (2011), berpendapat
bahwa :
a. Deskripsi merupakan hal alamiah sesuai kenyataan
kehidupan.
b. Deskriptif mencakup makna lebih luas (kuantitaif dan
kualitatif).
c. Lebih lengkap dari metode survey dengan observasi dan
studi dokumenter.
d. Deskriptif merupakan penelitian paling dasar dari
peneitian eksperimen.
e. Cocok bagi peneliti pemula dalam pengembangan
kemampuan penelitian.
1. Jenis-jenis
Penelitian Deskriptif
Menurut wina sanjaya(2013) bahwa jenis penlitian deskriptif terdari:
a) Metode Survei
Dalam penelitian pendidikan metode survei adalah metode penelitian deskriptif
untuk memperoleh dan memaparkan data dari gejala-gejala yang ada serta
menemukan keterangan-keterangan faktual tentang berbagai permasalahan yang
berhubungan dengan pendidikan. Banyak permasalahan pendidikan yang dapat
diteliti dengan metode survei. Misalnya topik tentang kurikulum sekolah, metode
dan sistem pembelajaran dan lainsebagainya.
b) Studi kasus
Yaitu metode penelitian deskriptif untuk menjawab permasalahan pendidikan
yang mendalam dan komprehensif dengan melibatkan subjek penelitian yang
terbatas sesuai dengan jenis kasus yang diselidiki.
c) Studi
korelasi
Yaitu, jenis penelitian deskriptif yang bertujuan menetapkan besarnya
hubungan antar variabel yang diteliti.
d) Studi
perbandingan
Yaitu penelitian deskriptif untuk mencari jawaban secara mendasar tentang
hubungan sebab-akibat dengan menganalisis faktor-faktor penyebab terjadinya
atau munculnya suatu fenonema. Misalnya “studi komperatf perilaku siswa di
sekolah antara siswa yang berasal dari SMP dan siswa yang berasal dari MTs”
e)
Studi perkembangan
Studi ini merupakan penelitian yang dilakukan untuk memperoleh informasi
yang dapat dipercaya bagaimana sifat-sifat anak pada berbagai usia, bagaimana
perbedaan mereka dalam tingkatan-tingkatan usia itu, serta bagaimana mereka
tumbuh dan berkembang. Hal ini biasanya dilakukan dengan metode longitudinal dan
metode cross-sectional.
f)
Studi tindak lanjut
Yakni, studi yang menyelidiki perkembangan
subyek setelah diberi perlakukan atau kondisi tertentu atau mengalami kondisi
tertentu.
2.
Macam-macam penelitian deskriptif.
Banyak jenis penelitian yang
termasuk sebagai penelitian deskriptif.Setiap ahli penelitian sering dalam memberikan
infomasi tentang pengelompokan jenis penelitian deskriptif, cenderung sedikit
bervariasi.Perbedaan itu biasanya dipengaruhi oleh pandangan dan pengetahuan
yang menjadi latar belakang para ahli tersebut. Perbedaan pandangan tersebut,
salah satu diantaranya bila dilihat dari apek bagaimana proses pengumpulan data
dalampenilitian deskiptif dilakukan oleh peneliti. Dari aspek bagaimana proses
pengumpulan data dilakukan, maka macam-macam penelitian deskrptif dapat dibedakan
menjadi tiga macam, yaitu laporan dari atau self-report, studi perkembangan dan
studi lanjutan, (follow-up study).
a.
Penelitian Laporan Dari (Self-Report research)
Dari
kaitannya dengan data yang dikumpulkan maka penelitian deskriptif mempunyai
beberapa macam jenis termasuk di antaranya laporan diri dengan menggunakan
observasi. Dalam penelitian self-report, informasi dikumpulkan oleh orang
tersebut yang juga berfungsi sebagai peneliti.
Dalam
penelitian self-report ini penelitian dianjurkan menggunakan teknik observasi
secara langsung, yaitu individu yang diteliti dikunjungi dan dilihat kegiatanya
dalam situasi yang alami. Tujuan obsevasi langsung adalah untuk mendapatkan
informasi yang sesuai dengan permasalahan dan tujuan penelitian. Dalam
penelitian self-report, peneliti juga dianjurkan menggunakan alat bantu lain
untuk memperoleh data, termasuk misalnya dengan menggunakan perlengkapan lain
seperti catatan, kamera, dan rekaman. Alat-alat tersebut digunakan terutama
untuk memaksimalkan ketika mereka harus menjaring data dari lapangan.
Yang
perlu diperhatikan oleh para peneliti dengan model self-report adalah bahwa
dalam menggunakan metode observasi dalam melakukan wawancara, para peneliti
harus dapat menggunakan secara simultan untuk memperoleh data yang maksimal.
Salah satu contoh penelitian menggunakan self-report dapat dilihat dalam
laporan tentang studi Kelembagaan dan Sistem Pembiayaan Usaha Kecil dan
Menengah.
b.
Studi Perkembangan (Developmental Study)
Studi
perkembangan atau devlopmental study banyak dilakukan oleh peneliti di bidang
pendidikan atau bidang psikologi yang berkaitan dengan tingkah laku, sasaran
penelitian perkembangan pada umumnya menyangkut variabel tingkah laku secara
individual maupun dalam kelompok. Dalam penelitian perkembangan tersebut
peneliti tertarik dengan variabel yang utamakan membedakan antara tingkat umur,
pertumbuhan atau kedewasaan subjek yang diteliti.
Studi
perkembangan biasanya di lakukan dalam periode longitudinal dengan waktu
tertentu, bertujuan guna menemukan perkembangan demensi yang terjadi pada seorang
respoden. Demensi yang sering menjadi perhatian peneliti ini, misalnya:
intelektual, fisik, emosi, reaksi terhadapan tertentu, dan perkembangan sosoial
anak. Studi perkembangan ini biasa dilakukan baik secara cross-sectional atau
logiotudinal.
Jika
penelitian dilakukan dengan model cross-sectional, peneliti pada waktu yang
sama dan disimultan menggunakan berbagi tingkatan variabel untuk diselidiki.
Data yang diperoleh dari masing-masing tingkat dapat dideskripsi dan kemudian
di komparasi atau dicari tingkat asosiasinya. Dalam penelitian perkembangan
model longitudinal, peneliti menggunakan responden sebagai sampel tertentu,
misalnya: satu kelas satu sekolah, kemudian dicermati secara intensif
perkembangannya secara continue dalam jangka waktu tertentu seperti tiga bulan,
enam bulan, satu tahun. Semua fenomena yang muncul didokumentasi untuk
digunakan sebagai informasi dalam menganalisis guna mencapai hasil penelitian.
c.
Studi Kelanjutan (Follow-up study)
Study
kelanjutan dilakukan oleh peneliti untuk menentukan status responden setelah
beberapa periode waktu tertentu memproleh perlakuan, misalnya rogram
pendidikan. Studi kelanjutan ini di lakukan untuk melakukan evaluasi internal
maupun evaluasi eksteral, setelah subjek atau responden menerima program di
suatu lembaga pendidikan.Sebagai contoh Badan Akreditasi Nasional menganjurkan
adanya informasi tingkat serapan alumni dalam memasuki dunia kerja, setelah
mereka selesai program pendidikannya. Dalam penelitian studi kelanjutan
biasanya peneliti mengenal istilah antara output dan outcome. Out (keluran)
berkaitan dengan informasi hasil akhir setelah suatu program yang diberikan
kepada subjek sasaran di selesaikan.Sedangkan yang dimaksud dengan data yang di
ambil dari outcome (hasil) biasanya menyangkut pengaruh suatu perlakuan,
misalnya program pendidikan kepada subjek yang di teliti setelah mereka kembali
ke tempat asal yaitu masyarakat.
3. Ciri-ciri
Penelitian Deskriptif
Secara
harfiyah, penelitian deskriptif adalah metode penelitian untuk membuat gambaran
mengenai situasi atau kejadian, sehingga metode ini berkehendak mengadakan
akumulasi data dasar belaka. Namun, dalam pengertian metode penelitian yang
lebih luas, penelitian deskriptif mencakup metode penelitian yang lebih luas di
luar metode sejarah dan eksperimental, dan secara lebih umum sering diberi
nama, metode survei. Kerja peneliti, bukan saja memberikan gambaran terhadap
fenomena-fenomena, tetapi juga menerangkan hubungan, menguji
hipotesis-hipotesis, membut predeksi serta mendapatkan makna dan implikasi dari
suatu masalah yang ingin dipecahkan. Dalam mengumpulkan data digunakan teknik
wawancara, dengan mengunakan schedule questionair ataupun interview
guide.
A.
Langkah-Langkah Pokok Penelitian Deskriptif
Penelitian
deskriptif sesuai karakteristiknya memiliki langkah-langkah tertentu dalam
pelaksanaannya. Langkah-langkah tersebut adalah sebagai berikut:
1.
Mengidentifikasi dan
Memilih Masalah yang Akan Diteliti
Identifikasi masalah merupakan upaya
mengelompokam, mengurutkan sekaligus memetakan masalah berdasarkan
bidang-bidang studi, (Sukmadinata, N.S, 2011). Identifikasi masalah pada
umumnya mendeteksi, melacak, menjelaskan aspek permasalahan yang muncul dan
berkaitan dengan masalah atau variabel yang akan diteliti, Riduwan,
(2009).
Menurut Sukmadinata, N. S, (2011),
dalam megidentifikasi masalah sebaiknya menggunakan sumber, baik sumber resmi
pernyataan resmi, kesimpulan seminar atau kenyataan faktual. Melalui proses ini
maka akan dapat diketahui gambaran masalah yang akan diteliti. Gambaran masalah
yang telah teridentifikasi dihubungkan, dibandingkan satu sama lain, kemudian
diurutkan berdasarkan rangking yang paling penting, mendesak sampai paling
kurang. Meskipun telah diurutkan berdasarkan tingkat urgensi, masalah-masalah
yang telah teridentifikasi perlu dipilih dengan pertimbangan minat dan
kemampuan peneliti, lokasi dan sumber data, waktu, dana dll.
Menurut Sukmadinata, N. S, (2011),
untuk memecahkan masalah atau menentukan suatu tindakan diperlukan sejumlah
informasi. Informasi tersebut dikumpulkan melalui proses penelitian deskriptif.
Masih menurut Sukmadinata, N. S, (2011), bahwa ada beberapa
informasi yang bisa diperoleh melalui penelitian deskriptif bagi pemecahan
masalah yaitu : 1) bagaimana keadaan sekarang, 2) informasi yang kita inginkan
dan 3) bagaimana sampai ke sana, bagaimana mencapainya.Merumuskan dan Mengadakan Pembatasan Masalah.
Setelah
masalah diidentifikasi, dipilih, lalu perlu dirumuskan. Rumusan masalah
merupakan pemetaan faktor-faktor atau variabel-variabel yang terkait dengan
fokus masalah (Sukmadinata, N. S, 2011). Perumusan ini penting,
karena berdasarkan rumusan tersebut maka peneliti dapat menentukan metode
penelitian, metode pengumpulan data, pengolahan data maupun analisis dan
penyimpulan hasil penelitian.
Pembatasan
masalah dilakukan agar penelitian terarah, terfokus, dan tidak
melenceng ke mana-mana (Riduwan, 2009). Perlu diperhatikan bahwa sifat
masalah akan menentukan cara-cara pendekatan yang sesuai dan akhirnya akan
menentukan rancangan penelitiannya. Perumusan masalah berhubungan dengan tujuan
dan metode yang digunakan, (Sukmadinata, N. S, 2011). Kalau tujuan
penelitian diarahkan untuk memperoleh gambaran dan deskripsi secara rinci,
sistematis dan akurat suatu fenomena maka metode penelitian yang digunakan adalah
metode deskriptif kuantitatif maupun kualitatif.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar