Desain pembelajaran adalah pengembangan secara
sistematis dari spesifikasi pembelajaran dengan menggunakan teori belajar dan
pembelajaran untuk menjamin kualitas pembelajaran. Proses perancangan dan
pengembangan ini meliputi segala proses analisis kebutuhan pembelajaran,
tujuan dan pengembangan sistem untuk mencapai tujuan, pengembangan bahan
dan aktivitas pembelajaran,uji coba dan evaluasi dari seluruh pembelajaran dan
aktivitas peserta didik.
Dick
and Carey memandang desain pembelajaran sebagai sebuah sistem dan menganggap
pembelajaran adalah proses yang sitematis. Pada kenyataannya cara kerja yang
sistematis inilah dinyatakan sebagai model pendekatan sistem. Dipertegas
oleh Dick and Carey bahwa pendekatan sistem selalu mengacu kepada tahapan umum
sistem pengembangan pembelajaran (Instructional Systems Development /ISD). Jika
berbicara masalah desain maka masuk ke dalam proses, dan jika menggunakan
istilah instructional design (ID) mengacu kepada instructional system
development (ISD) yaitu tahapan analisis, desain, pengembangan, implementasi,
dan evaluasi.
Komponen model Dick and Carey meliputi; pembelajar,
pebelajar, materi, dan lingkungan. Demikian
pula dilingkungan pendidikan non formal meliputi; warga belajar (pebelajar),
tutor (pembelajar), materi, dan lingkungan pembelajaran (Ditjen
PMPTK PNF, 2006). Semua berinteraksi dalam proses pembelajaran untuk mencapai
tujuan yang telah ditetapkan. Bila melihat komponen bekerja dengan memuaskan
atau tidak maka perlu mengembangkan format evaluasi. Jika dari hasil evaluasi
menunjukkan unjuk kerja pebelajar tidak memuaskan maka komponen tersebut
direvisi untuk mencapai kriteria efektif dalam mencapai tujuan pembelajaran.
Model Dick and Carey terdiri dari 10 langkah.
Setiap langkah sangat jelas maksud dan tujuanya sehingga bagi perancang
pemula sangat cocok sebagai dasar untuk mempelajari model desain yang lain.
Kesepuluh langkah pada model Dick and Carey menunjukan hubungan
yang sangat jelas, dan tidak terputus antara langkah yang satu dengan
yang lainya. Dengan kata lain, sistem yang terdapat pada Dick and Carey sangat
ringkas, namun isinya padat dan jelas dari satu urutan ke urutan berikutnya. Langkah
awal pada model Dick and Carey adalah mengidentifikasi tujuan pembelajaran.
Langkah ini sangat sesuai dengan kurikulum perguruan tinggi maupun sekolah
menengah dan sekolah dasar, khususnya dalam mata pelajaran tertentu dimana
tujuan pembelajaran pada kurikulum agar dapat melahirkan suatu rancangan
pembangunan.
Penggunaan model Dick and Carey dalam pengembangan
suatu mata pelajaran dimaksudkan agar (1) pada awal proses pembelajaran
anak didik atau siswadapat mengetahui dan mampu melakukan halhal yang
berkaitan dengan materi padaakhir pembelajaran, (2) adanya pertautan antara
tiap komponen khususnya strategi pembelajaran dan hasil pembelajaran yang
dikehendaki, (3) menerangkan langkah-langkah yang perlu dilakukan dalam
melakukan perencanaan desain pembelajaran. Langkah-langkah utama dari model
desain pembelajaran yang dikemukakan oleh Dick and Carey secara blog diagram,
dapat digambarkan seperti berikut ini
Langkah-langkah pengembangan
tersebut pada gambar di atas, dapat dijelaskan sebagai berikut :
1. Identifikasi Tujuan Pengajaran (Identity Instructional Goal)
Tahap awal model ini adalah menentukan apa yang
diinginkan agar siswa dapat melakukannya ketika mereka telah menyelesaikan
program pengajarannya. Definisi tujuan pengajaran mengacu pada kurikulum
tertentu sebagai hasil need assessment,
atau berasal dari kesulitam belajar siswa di kelas.
Yang pertama kali dilakukan adalah menentukan
apa yang diinginkan agar siswa dapat melakukannya ketika mereka telah
menyelesaikan program Instruksional. Tujuan Instruksional mungkin dapat
diturunkan dari daftar tujuan, dari analisis kinerja (performance
analysis), dari penilaian kebutuhan (needs assessment),
dari pengalaman praktis dengan kesulitan belajar pebelajar, dari analisis
orang-orang yang melakukan pekerjaan (Job Analysis),
atau dari persyaratan lain untuk instruksi baru.
2. Melakukan
Analisis Instruksional (Conduct
Instructional Analysis)
Setelah mengidentifikasi tujuan pembelajaran,
maka akan ditentukan apa tipe belajar yang dibutuhkan siswa. Tujuan yang
dianalisis untuk mengidentifikasi keterampilan yang lebih khusus lagi yang
harus dipelajari. Analisis ini akan menghasilkan chart atau diagram tentang
keterampilan-keterampilan atau konsep dan menunjukkan keterkaitan antara
keterampilan atau konsep tersebut.
Analisis instruksional yaitu sebuah prosedur
yang digunakan untuk menentukan ketrampilan dan pengetahuan yang relevan dan
diperlukan oleh peserta didik untuk mencapai kompetensi. Antara lain
pengetahuan, ketrampilan dan sikap yang perlu dimiliki peserta didik setelah
mengikuti pembelajaran. Langkah ini, mengklasifikasi tujuan ke dalam ranah
belajar, menentukan langkah-demi-langkah apa yang dilakukan orang ketika mereka
melakukan tujuan tersebut (mengenali keterampilan bawahan/subordinat).
Tujuan dari proses analisis instruksional adalah untuk menentukan keterampilan,
pengetahuan, dan sikap, yang dikenal sebagai perilaku masukan (entry
behaviors), yang diperlukan peserta didik untuk dapat memulai
Instruksional. Peta konsep akan menggambarkan hubungan di antara semua
keterampilan yang telah diidentifikasi
3. Mengidentifikasi
tingkah laku awal/Karakteristik Siswa (Identitiy
Entry Behaviours Characteristics)
Ketika melakukan analisis terhadap
keterampilan-keterampilan yang perlu dilatihkan dan tahapan prosedur apa yang
perlu dilewati, juga harus dipertimbangkan keterampilan apa yang telah dimiliki
siswa saat mulai mengikuti pengajaran. Yang penting untuk diidentifikasi adalah
karakteristik khusus siswa yang mungkin ada hubungannya dengan
rancangan-rancangan aktivitas pengajaran.
Pada tahap ini, analisis yang dilakukan adalah
analisis konteks dan analisis karakteristik. Analisis yang meliputi
kondisi-kondisi terkait dengan keterampilan yang dipelajari peserta didik dan
situasi tugas yang dihadapi peserta didik untuk menerapkan pengetahuan dan
ketrampilan yang dipelajari. Sedangkan analisis karakteristik peserta didik
adalah kemampuan aktual yang dimiliki peserta didik. Keterampilan pembelajar,
pilihan, dan sikap yang telah dimiliki pembelajar akan digunakan untuk
merancang strategi Instruksional.
4. Merumuskan
Tujuan Kinerja (Write Performance
Objective)
Berdasarkan analisis instruksional dan
pernyataan tentang tingkah laku awal siswa, selanjutnya dirimuskan pernyataan
khusus tentang apa yang harus dilakukan siswa setelah menyelesaikan
pembelajaran.
Dalam pengembanganya, tujuan kinerja/indikator
ini adalah perubahan perilaku pengetahuan mengenai materi perkuliahan.
Pernyataan-pernyataan tersebut berasal dari keterampilan yang diidentifikasi
dalam analisis Instruksional, akan mengidentifikasi keterampilan yang harus
dipelajari, kondisi di mana keterampilan yang harus dilakukan, dan kriteria
untuk kinerja yang sukses.
5. Pengembangan
Tes Acuan Patokan (Develop Criterian Test
Items)
Berdasarkan tujuan yang telah dirumuskan, maka
dilakukan pengembangan butir assessment
untuk mengukur kemampuan siswa seperti yang diperkirakan dalam tujuan.
Alat penilaian (Tes Acan Patokan) ini menjadi
salah satu feedback/alat ukur/patokan dalam pembelajaran untuk mengetahui
ketercapain tujuan dan kompetensi khusu s yang telah dirumuskanya. Dalam
pengembangnya alat evaluasi ini adalah performance peserta didik setelah
menerima pelajaran. Apakah tingkat pemahaman peserta didik meningkat atau tidak
6. Pengembangan
Strategi Pengajaran (Develop
Instructional Strategy)
Berdasarkan informasi dari lima tahap
sebelumnya, yang perlu dilakukan selanjutnya adalah mengidentifikasi yang akan
dicapai untuk mencapai tujuan akhir. Strategi akan meliputi aktivitas
penyampaian informasi, praktik, balikan, testing,
yang dilakukan melalui aktivitas siswa.
7. Mengembangkan
dan Memilih Bahan Ajar (Develop and
Select Instructional Materials)
Pada tahap ini akan digunakan strategi
pengajaran untuk menghasilkan pengajaran yang meliputi petunjuk untuk siswa,
bahan pelajaran, tes dan panduan guru.
Pengembangan bahan ajar disesuaikan dengan
tujuan pembelajaran atau kompetensi yang telah dirumuskan, serta disesuaikan
dengan strategi pembelajaran yang digunakan. Ketika kita menggunakan istilah
bahan Instruksional kita sudah termasuk segala bentuk Instruksional seperti
panduan guru, modul, overhead transparansi, kaset video, komputer berbasis
multimedia, dan halaman web untuk Instruksional jarak jauh. maksudnya bahan
memiliki konotasi.
8. Merancang
dan Mengembangkan Evaluasi Formatif (Design
and Conduct Formative Evaluation)
Evaluasi
dilakukan untuk mengumpulkan data yang digunakan untuk mengidentifikasi
bagimana meningkatkan pengajaran. Evaluasi formatif ini berfungsi sebagai alat
untuk mengumpulkan data kekuatan dan kelemahan program pembelajaran yang telah
dirancang. Model ini dikembangkan dengan
menguji cobakan pada kelas kelompok kecil misalnya 2 atau 3 peserta didik atau 10 orang peserta didik dalam diskusi
terbatas. Ada tiga jenis evaluasi formatif yaitu penilaian satu-satu, penilaian
kelompok kecil, dan penilaian uji lapangan. Setiap jenis penilaian memberikan
informasi yang berbeda bagi perancang untuk digunakan dalam meningkatkan
Instruksional. Teknik serupa dapat diterapkan pada penilaian formatif terhadap
bahan atau Instruksional di kelas.
9. Melakukan
Revisi terhadap Program Pembelajaran (Instructional
Revitions)
Hasil-hasil di atas dijadikan dasar untuk
menulis perangkat yang dibutuhkan. Hasil perangkat selanjutnya divalidasi dan
diujicobakan di kelas/diimplemtasikan di kelas. Pada langkah ini, tidak hanya
mengevaluasi terhadap draf program saja,
akan tetapi pada semua sistem pembelajaran mulai dari analisis instruksional
sampai evaluasi formatif. Strategi Instruksional ditinjau kembali dan akhirnya
semua pertimbangan ini dimasukkan ke dalam revisi Instruksional untuk
membuatnya menjadi alat Instruksional lebih efektif.
10. Merancang
dan Mengembangkan Evaluasi Sumatif (Design
and Conduct Summative Evaluation)
Evaluasi sumatif merupakan evaluasi puncak
terhadap program pembelajaran yang telah dirancang, setelah program tersebut
dilakukan evaluasi formatif dan dilakukan revisi-revisi terhadap produk, maka
evaluasi sumatif dilakukan. Hasil-hasil pada tahap di atas dijadikan dasar
untuk menulis perangkat yang dibutuhkan. Hasil perangkat selanjutnya divalidasi
dan diujicobakan di kelas/ diimplementasikan di kelas dengan evaluasi sumatif.
Tahap ini mengulangi siklus pengembangan
perangat pengajaran. Data dari evaluasi sumatif yang telah dilakukan pada tahap
sebelumnya diringkas dan dianalisis serta diinterpretasikan untuk
diidentifikasi kesulitan yang dialami siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran. Begitu pula masukan dari hasil
implementasi dan pakar/validator.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar