Komunikasi Matematika
Secara
umum, komunikasi dapat diartikan sebagai proses menyampaikan pesan dari
seseorang kepada orang lain baik secara langsung (lisan) ataupun tidak langsung
(melalui media). Abduhalk (dalam Anshari, 2009) “ komunikasi sebagai proses
penyampaian pesan dari pengirim pesan kepada penerima pesan melalui saluran
tertentu dan untuk tujuan tertentu”. Ada tiga bentuk komunikasi, yaitu
komunikasi linear atau satu arah, komunikasi relasional atau interaksi, dan
komunikasi konvergen atau multiarah.
Komunikasi
linear terjadi bila hubungan yang terjadi hanya satu arah, atau penerima pesan
hanya mendengar dan menerima pesan dari pemberi pesan. Dalam komunikasi
relasional, terjadi interaksi antara pemberi dan penerima pesan, tetapi sangat
bergantung pada tingkat pemahaman penerima pesan. Dalam komunikasi konvergen,
hubungan yang terjadi diantara penerima pesan menuju suatu focus atau minat
yang dipahami bersama., yang berlangsung secara dinamis dan berkembang kearah
pemahaman kolektif dan berkesinambungan.
Matematika
adalah bahasa yang melambangkan serangkaian makna dari pernyataan yang ingin
disampaikan. Menurut Fathoni matematika dipandang sebagai bahasa karena “dalam
matematika terdapat sekumpulan lambang/simbol dan kata (baik kata dalam bentuk
lambang)”. Misalnya “ >” yang melambangkan kata “lebih besar”, maupun kata
yang diadobsi dari bahasa biasa, misalnya kata “fungsi” yang dalam matematika
menyatakan suatu hubungan dengan aturan tertentu antara unsur-unsur dalam dua
buah himpunan. Simbol-simbol matematika bersifat “artificial” yang baru
memiliki arti setelah sebuah makna diberikan kepadanya. Tanpa itu, maka
matematika hanya merupakan kumpulan simbol dan rumus yang kering akan makna.
Berkaitan dengan hal ini, tidak jarang kita jumpai dalam kehidupan, banyak
orang yang berkata bahwa X, Y, Z itu sama sekali tidak memiliki arti.
Greenes dan Schulman (dalam
Ansari, 2009) mengatakan bahwa komunikasi matematik merupakan:
(1)
kekuatan
central bagi siswa dalam merumuskan konsep dan strategi matematik
(2)
Modal
keberhasilan bagi siswa terhadap pendekatan dan penyelesaian dalam eksplorasi
dan investigasi matematik
(3)
Wadah
bagi siswa dalam berkomunikasi dengan temannya untuk memperoleh informasi,
membagi pikiran dan penemuan, curah
pendapat, menilai dan mempertajam
ide.
Sejumlah
pakar telah mendefinisikan pengertian, prinsip dan standar komunikasi
matematik. NCTM (dalam Ansari, 2009) mengemukakan bahwa matematika sebagai alat
komunikasi merupakan pengembangan bahasa dan symbol untuk mengkomunikasikan ide
matematik, sehingga siswa dapat:
(1) Mengungkapkan dan menjelaskan
pemikiran mereka tentang ide matematik dan hubungannya,
(2) Merumuskan definisi matematik dan
membuat generalisasi yang diperoleh melalui investigasi (penemuan),
(3) Mengungkapkan ide matematik secara
lisan dan tulisan,
(4) Membaca wacana matematika dengan
pemahaman,
(5) Menjelaskan dan menajukan serta
memperluas pertanyaan terhadap matematika yang telah dipelajarinya,dan
(6) Menghargai keindahan dan kekuatan
notasi matematika serta peranan
dalam
mengembangkan ide/gagasan matematik.
Sedangkan menurut Sumarmo (2003)
komunikasi matematis meliputi kemampuan siswa:
(1) menghubungkan
benda nyata, gambar, dan diagram ke dalam idea matematika;
(2) menjelaskan
idea, situasi dan relasi matematik secara lisan atau tulisan dengan benda
nyata, gambar, grafik dan aljabar;
(3) menyatakan
peristiwa sehari-hari dalam bahasa atau simbol matematika;
(4) mendengarkan,
berdiskusi, dan menulis tentang matematika;
(5) membaca
dengan pemahaman atau presentasi matematika tertulis;
(6) membuat
konjektur, menyusun argument, merumuskan definisi dan generalisasi;
(7) menjelaskan
dan membuat pertanyaan tentang matematika yang telah
dipelajari.
Dari
beberapa definisi di atas dapat kita simpulkan kemampuan komunikasi dalam
matematika adalah kemampuan siswa membaca wacana matematika dengan pemahaman,
mampu mengembangkan bahasa dan simbol matematika sehingga dapat
mengkomunikasikan secara lisan dan tulisan, mampu menggambarkan secara visual
dan merefleksikan gambar atau diagram ke dalam ide matematika, mampu merumuskan
dan mampu memecahkan masalah melalui penemuan.
Secara umum, matematika dalam ruang lingkup komunikasi
mencakup keterampilan/kemampuan menulis, membaca, discussing and assessing,
dan wacana (discourse). Tanpa komunikasi dalam matematika kita akan
memiliki sedikit keterangan, data, dan fakta tentang pemahaman siswa dalam
melakukan proses dan aplikasi matematika. Shadiq (2004) “Matematika merupakan
alat komunikasi yang sangat kuat, teliti dan tidak membingungkan”. Sebagai
contoh, notasi 40 x 4 dapat digunakan untuk menyatakan berbagai hal, seperti:
-
Jarak tempuh sepeda motor selama 4 jam dengan kecepatan 40
km/jam.
-
Luas permukaan kolam dengan ukuran panjang 40 meter dan
lebar 4 meter
-
Banyak roda pada 40 mobil
Contoh di atas telah menunjukkan bahwa notasi
40 x 4 dapat menyatakan suatu hal yang berbeda.
2.2. Peran Komunikasi matematika
Matematika umumnya
identik dengan perhitungan angka-angka dan rumus-rumus, sehingga muncullah
anggapan bahwa skill komunikasi tidak dapat dibangun pada pembelajaran
matematika. Anggapan ini tentu saja tidak tepat, karena menurut Greenes dan
Schulman, komunikasi matematika memiliki peran:
(1) kekuatan
sentral bagi siswa dalam merumuskan konsep dan strategi matematika;
(2) modal
keberhasilan bagi siswa terhadap pendekatan dan penyelesaian dalam eksplorasi
dan investigasi matematika;
(3) wadah
bagi siswa dalam berkomunikasi dengan temannya untuk memperoleh informasi,
membagi pikiran dan penemuan, curah pendapat, menilai dan mempertajam ide untuk
meyakinkan yang lain.
Kemampuan
berkomunikasi menjadi salah satu syarat yang memegang peranan penting karena
membantu dalam proses penyusunan pikiran, menghubungkan gagasan dengan gagasan
lain sehingga dapat mengisi hal-hal yang kurang dalam seluruh jaringan gagasan
siswa. Sejalan dengan itu, Lindquist (dalam Fitrie, 2002: 16) menyatakan bahwa
kita memerlukan komunikasi dalam matematika jika hendak meraih secara penuh
tujuan sosial, seperti melek matematika, belajar seumur hidup, dan matematika
untuk semua orang.
Bahkan
membangun komunikasi matematika menurut National Center Teaching Mathematics
(NCTM) memberikan manfaat pada siswa berupa:
1. Memodelkan
situasi dengan lisan, tertulis, gambar, grafik, dan secara aljabar.
2. Merefleksi
dan mengklarifikasi dalam berpikir mengenai gagasan-gagasan matematika dalam
berbagai situasi.
3. Mengembangkan
pemahaman terhadap gagasan-gagasan matematika termasuk peranan
definisi-definisi dalam matematika.
4. Menggunakan
keterampilan membaca, mendengar, dan menulis untuk menginterpretasikan dan
mengevaluasi gagasan matematika.
5. Mengkaji
gagasan matematika melalui konjektur dan alasan yang meyakinkan.
6. Memahami
nilai dari notasi dan peran matematika dalam pengembangan gagasan matematika.
Within (1992) menyatakan kemampuan komunikasi menjadi
penting ketika diskusi antar siswa dilakukan, dimana siswa diharapkan
mampu menyatakan, menjelaskan, menggambarkan, mendengar, menanyakan dan
bekerjasama sehingga dapat membawa siswa pada pemahaman yang mendalam tentang
matematika. Anak-anak yang diberikan kesempatan untuk bekerja dalam kelompok
dalam mengumpulkan dan menyajikan data, mereka menunjukkan kemajuan baik di
saat mereka saling mendengarkan ide yang satu dan yang lain, mendiskusikannya
bersama kemudian menyusun kesimpulan yang menjadi pendapat kelompoknya.
Ternyata mereka belajar sebagian besar dari berkomunikasi dan mengkontruksi sendiri
pengetahuan mereka.
2.3. Indikator Komunikasi Matematika
Ada beberapa indicator
yang menunjukkan adanya komunikasi yang diungkapkan oleh TIM PPPG Matematika (
Romadhina : 2007) antaralain:
1. Menyajikan
pernyataan matematika secara lisan, tertulis, gambar dan diagram
2. Mengajukan
dugaan (conjegtures)
3. Melakukan
manipulasi matematika
4. Menarik
kesimpulan, menyusun bukti, memberikan alasan atau bukti terhadap beberapa
solusi
5. Menarik
kesimpulan dari pernyataan
6. Memeriksa
kesahihan suatu argument
7. Menemukan
pola atau sifat dari gejala matematis untuk membuat generalisasi.
Pada
makalah ini, indikator dari komunikasi matematika adalah :
1.
Membaca
wacana matematika dengan pemahaman berarti mengetahui apa yang diketahui dan
ditanya dari soal yang diberikan.
2.
Mengembangkan
bahasa dan simbol matematika berarti mampu mengekspresikan melalui lisan,
tulisan, dan menggambarkan secara visual serta merefleksikan gambar, diagram ke
dalam ide matematika.
3.
Merumuskan
dan memecahkan masalah berarti mampu menggunakan istilah, notasi, dan struktur
matematika untuk menyajikan ide-ide sehingga mampu membuat polanya dengan model
matematika.
2.4. Kemampuan
Komunikasi dalam Pembelajaran Matematika
Guru mempunyai peran penting dalam
merancang pengalaman belajar di kelas sedemikian
sehingga siswa mempunyai kesempatan bervariasi untuk berkomunikasi secara matematis. Tugas menulis merupakan salah
satu cara untuk membentuk kecakapan
komunikasi matematik. Tugas menulis diartikan sebagai tugas bagi siswa untuk mengorganisasi, merangkum, dan
mengkomunikasikan pemikiran mereka secara tertulis. Menulis dapat meningkatkan
daya ingat mengenai konsep dan memberikan kesempatan kepada siswa untuk
merefleksi pemikiran mereka. Tugas menulis
dapat juga mencakup pengungkapan apa yang sudah diketahui/dipahami dan yang belum dipahami siswa. Selain itu, tugas
menulis dapat pula berupa penyelesaian masalah. Penyelesaian masalah
melibatkan beberapa kemampuan strategis seperti mengkoordinasikan berbagai informasi atau ide-ide matematika dan menggunakannya untuk menyelesaikan masalah.
Aktivitas
guru yang dapat menumbuhkembangkan kemampuan komunikasi matematika siswa antara
lain:
1. Mendengarkan
dan melihat dengan penuh perhatian ide-ide siswa
2. Menyelidiki
pertanyaan dan tugas-tugas yang diberikan, menarik hati, dan menantang siswa
untuk berpikir
3. Meminta
siswa untuk merespon dan menilai ide mereka secara lisan dan tertulis
4. Menilai
kedalaman pemahaman atau ide yang dikemukakan siswa dalam diskusi
5. Memutuskan
kapan dan bagaimana untuk menyajikan notasi matematika dalam bahasa matematika
pada siswa
6. Memonitor
partisipasi siswa dalam diskusi, memutuskan kapan dan bagaimana untuk memotivasi
masing-masing siswa untuk berpartisipasi (lihat pada langkah ke tiga dan empat:
bina ingatan dan beri bintang).
Menurut Baroody (Putri, 2006) terdapat
lima aspek yang termasuk kedalam kemampuan komunikasi, kelima aspek yang
dimaksud adalah :
1. Representasi,
yang diartikan sebagai bentuk (baru) dari hasil translasi suatu diagram dari
model fisik kedalam symbol atau kata-kata. Representasi dapat membantu siswa
menjelasklan konsep atau ide, dan memudahkan anak mendapatkan strategi
pemecahan masalah. Selain itu, penggunaan representasi dapat meningkatkan
fleksibilitas dalam menjawab soal-soal matematika.
2. Mendengar
(listening), dalam proses
pembelajaran yang melibatkan diskusi aspek mendengar merupakan salah satu aspek
yang sangat penting. Dalam proses ini, kemampuan siswa dalam memberikan
pendapat atau komentar sangat terkait dengan kemampuan dalam mendengarkan
topic-topik utama atau konsep-konsep esensial yang didiskusikan. Pentingnya
mendengar secara kritis dapat mendorong siswa berfikir tentang jawaban
pertanyaan sambil mendengar.
3. Membaca
(reading), dalam membaca matematika
Bell berpendapat bahwa yang menjadi penyebab kesulitan siswa dalam belajar
matematika adalah lemahnya kemampuan secara umum, dan ketidakmampuan membaca
secara khusus. Sebab matematika merupakan ilmu yang bahasanya syarat akan
istilah dan symbol.
4. Diskusi(
Discussing), kegiatan diskusi
merupakan sarana bagiseseorang untuk dapat m,engungkapkan dan merefleksikan
fikiran-fikirannya. Barodi menguraikan beberapa kelebihan diskusi kelas yaitu
antara lain : dapat mempercepat pemahaman materi pembelajaran dan kemahiran
menggunakan strategi, membantu siswa mengkonstruk pemahaman matematika,
mengimpormasikan bahwa para ahli matematika biasanya tidak memecahkan masalah
sehari-hari, tetapi membangun ide bersama pakar lainnya dalam satu tim dan
membantu siswa menganalisis dan memecahkan masalah secara bijaksana.
5. Menulis
(Writing), merupakan sebuah kegiatan
yang dilakukan dengan sadar untuk mengungkapkan dan merefleksikan fikiran.
Manzo mengatakan menulis dapat meningkatkan taraf berfikir siswa kearah yang
lebih tinggi ( higher-order-thinking).
Cara lain yang
dipandang tepat untuk mengembangkan kemampuan komunikasi matematik siswa adalah
berdikusi kelompok (LACOE, 2004). Diskusi kelompok memungkinkan siswa berlatih untuk mengekspresikan pemahaman, memverbalkan
proses berpikir, dan mengklarifikasi pemahaman atau ketidakpahaman mereka. Dalam membentuk diskusi kelompok perlu
diperhatikan beberapa hal, misalnya jenis tugas seperti apa yang memungkinkan siswa dapat mengeksplorasi kemampuan matematiknya
dengan baik. Selain itu perlu dirancang pula peran guru dalam diskusi kelompok
tersebut.
Dalam proses diskusi kelompok, akan terjadi pertukaran ide dan pemikiran antarsiswa.
Hal ini akan memberikan kesempatan kepada siswa untuk membangun pemahaman matematiknya. Percakapan antarsiswa dan
guru juga akan mendorong atau
memperkuat pemahaman yang mendalam akan konsep-konsep matematika. Ketika siswa berpikir, merespon, berdiskusi,
mengelaborasi, menulis, membaca, mendengarkan,
dan menemukan konsep-konsep matematika, mereka mempunyai berbagai keuntungan,
yaitu berkomunikasi untuk belajar matematika dan belajar untuk
berkomunikasi secara matematik (NCTM, 2000). Hal demikian dapat diartikan bahwa proses komunikasi yang baik memungkinkan
siswa untuk membangun pengetahuan matematikanya.
Proses komunikasi akan terjadi apabila terjadi interaksi dalam
pembelajaran. Guru perlu merancang pembelajaran yang
memungkinkan terjadinya interaksi positif sehingga
memungkinkan siswa dapat berkomunikasi dengan baik. Guru dapat memberikan
beberapa pertanyaan-pertanyaan pemicu bagi tumbuhnya kemauan dan kemampuan berkomunikasi siswa. Terdapat beberapa
teknik bertanya yang dapat digunakan membantu siswa mengembangkan kemampuan
komunikasi matematik (LACOE, 2004).
Berikut contoh-contoh pertanyaan yang dapat diajukan kepada siswa.
1. Membantu siswa bekerja sama agar memiliki sense matematika,
yaitu dengan mengajukan pertanyaan
sebagai berikut.
a.
Apakah
yang orang lain pikirkan tentang yang kamu katakan?
b.
Apakah
kamu setuju? Tidak setuju?
c.
Apakah setiap orang
mempunyai jawaban yang sama tetapi mempunyai cara berbeda untuk menjelaskannya?
d.
Apakah
kamu memahami apa yang mereka katakan?
2. Membantu siswa menyadari benar tidaknya suatu ide
matematika, yaitu dengan mengajukan seperti
berikut.
a.
Mengapa
kamu berpikir seperti itu?
b.
Mengapa hal itu benar?
c.
Bagaimana
kamu menyimpulkan hal itu?
d.
Dapatkah
kamu membuat sebuah model untuk menunjukkan hal itu?
3. Membantu siswa mengembangkan
penalaran, yaitu dengan mengajukan pertanyaan sebagai berikut.
a.
Apakah
hal itu selalu berlaku untuk kondisi lain?
b.
Apakah
hal itu benar untuk semua kasus?
c.
Bagaimana
kamu membuktikan hal itu?
d.
Asumsi-asumsi
apakah yang digunakan?
4. Membantu siswa membuat dugaan, penemuan, dan
penyelesaian masalah, yaitu dengan
mengajukan pertanyaan sebagai berikut.
a.
Apa
yang terjadi jika ...? Bagaimana jika tidak?
b.
Dapatkah
kamu melihat polanya?
c.
Dapatkah
kamu mempredisksi pola berikutnya?
d.
Apakah
persamaan dan perbedaan metode penyelesaianmu dengan temanmu?
5. Membantu siswa menghubungkan ide-de matematika dan
aplikasinya, yaitu dengan
mengajukan pertanyaan sebagai berikut.
a.
Apakah
hubungannya dengan konsep lain?
b.
Ide-ide matematika
apakah yang harus dipelajari sebelum digunakan untuk menyelesaikan masalah?
c.
Apakah
kamu pernah menyelesaikan masalah seperti ini sebelumnya?
d.
Dapatkah kamu
memberikan sebuah contoh tentang ....
Menurut Goetz (2004), mengembangkan kemampuan komunikasi matematik tidak
berbeda jauh dengan mengembangkan kemampuan komunikasi pada umumnya. Berikut
pendapat yang dikemukakannya terkait pengembangan komunikasi matematik siswa khususnya kemampuan komunikasi
tertulis.
1.
Menggunakan teknik brainstorming
(curah pendapat) untuk mengawali proses pembelajaran.
Curah pendapat dapat mencakup pengungkapan sejumlah konsep yang mungkin dip erlukan untuk mengkomunikasikan
ide-ide matematika. Daftar kata atau konsep tersebut dapat ditempatkan di
dinding yang memungkinkan siswa dapat mengaksesnya dengan mudah.
2. Ketika siswa menulis dalam seni bahasa, mereka hendaknya
berpikir tentang kepada siapa
makalah itu ditujukan. Hal ini juga hendaknya terjadi dalam membuat makalah dalam matematika. Apabila tugas menulis digunakan
untuk mengevaluasi hasil belajar siswa, mereka
hendaknya mengetahui bahwa pembaca makalah mereka adalah guru atau sekelompok penilai yang belum mereka ketahui. Dengan
demikian, siswa harus menuliskan dengan jelas berbagai informasi yang relevan sehingga
mudah dipahami.
3.
Memberikan
kesempatan kepada siswa terlebih dahulu untuk mengungkapkan ide-ide secara verbal sebelum menuliskannya. Hal yang
demikian akan meningkatkan kedalaman
dan kejelasan makalah mereka.
4. Memberi kesempatan kepada siswa untuk menggambarkan
ide-ide kuncinya. Selanjutnya meminta siswa untuk
mendeskripsikan ide-ide mereka dalam bentuk gambar.
Hal ini merupakan strategi penting dalam membantu siswa memulai menulis
dalam kelas matematika. Dorong siswa untuk menggambar solusi masalah mereka. Kemudian minta siswa untuk menambah
beberapa kata yang memungkinkan
dapat mendeskripsikan gambar siswa. Hal ini dilakukan berulang hingga siswa merasa berhasil dan yakin untuk dapat
menuliskan ide-ide mereka secara tertulis secara langsung.
5.Mendorong dan memberi kesempatan kepada siswa untuk
merevisi dan membetulkan makalah mereka.
6.Melakukan
refleksi. Refleksi merupakan kunci pemahaman. Tanpa memberikan kesempatan kepada siswa untuk melakukan refleksi,
misalnya memikirkan apa yang sudah dan belum dipahami, pembelajaran matematika
hanya merupakan sederet aktivitas yang rutin dan mekanistik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar