Translate

Kamis, 25 Februari 2016

FASE PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN DENGAN MODEL PLOMP

Berikut ini akan diuraikan secara rinci fase-fase pengembangan perangkat pembelajaran dengan model Plomp.
·            Fase investigasi awal (preliminary investigation)
Kegiatan yang dilakukan pada tahap investigasi awal adalah menghimpun informasi permasalahan pembelajaran matematika terdahulu dan merumuskan rasional pemikiran pentingnya mengembangkan model, mengidentifikasi dan mengkaji teori-teori yang melandasi pengembangan model seperti teori-teori yang melandasi model pembelajaran yang relevan dengan pembelajaran matematika, teori tentang model pembelajaran dan pengembangannya.
Pada tahapan ini juga dilakukan analisis terhadap (1) kondisi siswa yang meliputi: kemampuan, dan kemauan belajar, (2) analisis kurikulum yang meliputi: analisis materi (mengidentifikasi, merinci, dan menyusun konsep secara sistematis untuk pengorganisasian materi pelajaran), merumuskan kompetensi dasar dan kriteria kinerja. Untuk perangkat pembelajaran, dalam tahap ini dilakukan identifikasi dan kajian terhadap kurikulum matematika, analisis kondisi siswa, analisis konsep, analisis tugas dan penetapan kriteria kinerja yang akan dicapai melalui pembelajaran. Kelima kegiatan di atas dapat dijelaskan sebagai berikut:
1)   Analisis ujung depan
Analisis ujung depan ditujukan untuk menentukan masalah dasar yang diperlukan dalam pengembangan bahan pelajaran. Pada tahap ini dilakukan telaah terhadap kurikulum, dan teori-teori pembelajaran yang mendasari model sehingga diperoleh deskripsi pola pembelajaran yang dianggap ideal.
2) Analisis siswa
Analisis siswa merupakan telaah tentang karakteristik siswa yang sesuai dengan rancangan pengembangan bahan pelajaran. Karakteristik ini meliputi kemampuan matematika yang dimiliki, sikap terhadap topik pembelajaran. Dalam analisis kognitif diasumsikan bahwa siswa telah memasuki tahap perkembangan operasi formal.
3) Analisis materi
Analisis materi ditujukan untuk, memilih dan menetapkan, merinci dan menyusun secara sistematis materi ajar yang relevan untuk diajarkan berdasarkan analisis ujung depan.
4) Analisis tugas
Analisis tugas ditujukan untuk mengidentifikasikan ketrampilan utama yang diperlukan pada kurikulum dan menganalisisnya pada suatu kerangka sub ketrampilan akademis yang akan dikembangkan dalam pembelajaran.
5) Spesifikasi kompetensi
Spesifikasi kompetensi ditujukan untuk mengkonversikan kompetensi dari analisis materi, dan analisis tugas menjadi sub-sub kompetensi (kompetensi dasar) yang akan dicapai, yang dinyatakan dalam penguasaan content dan perfomance siswa.
·            Fase desain (design)
Kegiatan yang dilakukan dalam perancangan model ini adalah memilih format buku model, diperoleh gambaran buku model yang berisikan; rasional model, memahami teori-teori pendukung yang dapat dimasukkan dalam komponen-komponen model, menetapkan garis-garis besar deskripsi dan komponen-komponen model, menguraikan petunjuk pelaksanaan, serta contoh penerapan model.
Kegiatan yang dilakukan dalam merancang komponen-komponen model meliputi:
(1) merancang sintaks pembelajaran
(2) merancang sistem sosial
(3) merancang prinsip reaksi, yaitu memberikan gambaran kepada guru bagaimana memperlakukan siswa sebagai subjek belajar yang memiliki persepsi, imajinasi, perhatian, dan daya nalar serta bagaimana memandang dan merespons setiap perilaku yang ditunjukkan oleh siswa selama pembelajaran
(4) merancang sistem pendukung, yaitu syarat/kondisi yang diperlukan agar model pembelajaran yang sedang dirancang dapat terlaksana, seperti setting kelas, sistem instruksional, perangkat pembelajaran, fasilitas belajar, dan media yang diperlukan dalam pembelajaran
(5) merancang dampak dari pembelajaran. Dampak disini ada dua macam yaitu dampak instruksional dan dampak pengiring. Dampak instruksional adalah dampak yang merupakan akibat langsung dari pembelajaran, sedangkan dampak pengiring adalah akibat tidak langsung dari pembelajaran.
Dalam tahap ini diperoleh gambaran analisis topik, analisis tugas, rencana pembelajaran, buku guru, buku siswa, lembar aktivitas siswa, pemilihan media pembelajaran, dan pemilihan format perangkat yang digunakan. Langkah-langkah yang ditempuh dalam perancangan perangkat pembelajaran ini adalah sebagai berikut :
1)   Penyusunan rencana pembelajaran
Dasar dari penyusunan rencana pembelajaran adalah komponen-komponen model (sintaks, sistem sosial, prinsip reaksi, sistem pendukung, dan dampak instruksional dan dampak pengiring), analisis tugas dan analisis topik yang dijabarkan berdasarkan materi pembelajaran untuk mencapai sub-sub kompetensi yang ditetapkan.
2) Pemilihan media
Kegiatan pemilihan media ini dilakukan untuk menentukan media yang tepat dalam penyajian materi pembelajaran yang bersumber dari alat kejuruan dengan prinsip bahwa konsep dan prinsip matematika yang akan disampaikan melekat pada alat tersebut, dan kompetensi dari hasil pemecahan masalah menunjukkan manfaat mempelajari matematika untuk kehidupan siswa.
3) Pemilihan format perangkat pembelajaran
Pemilihan ini menyangkut desain isi, pemilihan strategi pembelajaran, dan sumber belajar.
4) Desain awal
Kegiatan desain awal merupakan rancangan awal perangkat pembelajaran yang melibatkan aktivitas guru dan siswa. Wujud nyata desain awal perangkat pembelajaran yang dibuat, meliputi gambaran analisis topik, analisis tugas, rencana pembelajaran (RPP), buku guru, buku siswa, lembar kerja siswa (LKS), dan peta konsep.
·         Fase realisasi/konstruksi (realization/construction)
Tahapan ini sebagai lanjutan kegiatan pada tahap perancangan. Pada tahap ini dihasilkan prototipe 1 (awal) sebagai realisasi hasil perancangan model. Kegiatan yang dilakukan pada fase ini meliputi:
(1)   menyusun sintaks pembelajaran
(2)   menetapkan sistem sosial
(3)   menyusun prinsip reaksi, yaitu memberikan gambaran kepada guru memberikan scaffolding serta bagaimana memandang dan merespons setiap perilaku yang ditunjukkan oleh siswa selama pembelajaran
(4)   menentukan sistem pendukung, yaitu syarat/kondisi yang diperlukan agar model pembelajaran yang sedang dirancang dapat terlaksana, seperti setting kelas, sistem instruksional, perangkat pembelajaran, fasilitas belajar, dan media yang diperlukan dalam pembelajaran, termasuk menyusun petunjuk penggunaan perangkat pembelajaran
(5)   menyusun dampak dari pembelajaran. Model pembelajaran hasil dari fase ini selanjutnya disebut dengan prototipe 1.
Hasil-hasil konstruksi tersebut diteliti kembali apakah kecukupan teori-teori pendukung model telah dipenuhi dan diterapkan dengan baik pada setiap komponen-komponen model sehingga siap diuji kevalidannya oleh para ahli dan praktisi dari sudut rasional teoritis dan kekonsistenan konstruksinya. Pada tahap ini, dihasilkan prototipe 1 sebagai bagian terintegrasi dari prototipe 1 model, yakni realisasi hasil perancangan perangkat pembelajaran yang diperlukan. Hasil-hasil konstruksi diteliti kembali apakah rencana pembelajaran telah menggambarkan secara operasional sintaks yang ditetapkan, apakah teori-teori pendukung model telah diterapkan dengan baik pada buku guru, buku siswa, dan lembar kegiatan siswa sehingga dapat memfasilitasi siswa belajar dalam mengkonstruksi pengetahuan matematika dengan bantuan guru. Dengan demikian, seluruh perangkat pembelajaran siap diuji valid tidaknya oleh para ahli dan praktisi berdasarkan aspek rasional teoritis dan kekonsistenan konstruksinya.
·         Fase tes, evaluasi, dan revisi (test, evaluation, and revision)
Pada tahapan ini dilakukan 2 kegiatan utama, yaitu (1) kegiatan validasi dan (2) melakukan ujicoba lapangan prototipe model hasil validasi.
1). Kegiatan Validasi
Sebelum kegiatan validasi model dan perangkat pembelajaran dilakukan, terlebih dahulu dikembangkan instrumen. Jenis instrumen yang digunakan dalam fase ini adalah lembar validasi. Sebelum digunakan terlebih dahulu divalidasi oleh para pakar untuk menguji layak atau tidak layaknya instrumen-instrumen tersebut digunakan untuk mengukur aspek-aspek yang ditetapkan, ditinjau dari kejelasan tujuan pengukuran yang dirumuskan, kesesuaian butir-butir pertanyaan untuk setiap aspek, penggunaan bahasa, dan kejelasan petunjuk penggunaan instrumen.
Kegiatan validasi isi dan validasi konstruk model dilakukan dengan memberikan buku model dan instrumen validasi pada para pakar dan praktisi. Para ahli yang bertindak sebagai validator adalah pakar pendidikan matematika dan yang berpengalaman dalam pengembangan model pembelajaran, ahli matematika, ahli pendidikan matematika, ahli teknologi pembelajaran dan manajemen pendidikan, serta guru matematika sebagai praktisi. Saran dari pakar dan praktisi tersebut digunakan sebagai landasan penyempurnaan atau revisi model. Kegiatan yang dilakukan pada waktu memvalidasi model adalah sebagai berikut
a. meminta pertimbangan ahli dan praktisi tentang kelayakan model pembelajaran (pada prototipe 1) yang telah direalisasikan. Untuk kegiatan ini diperlukan instrumen berupa lembar validasi dan buku model yang diserahkan kepada validator.
b. melakukan analisis terhadap hasil validasi dari validator. Jika hasil analisis menunjukkan:
i. valid tanpa revisi, maka kegiatan selanjutnya adalah uji coba lapangan.
ii.valid dengan sedikit revisi, maka kegiatan selanjutnya adalah merevisi terlebih dahulu, kemudian langsung uji coba lapangan.
iii.tidak valid, maka dilakukan revisi sehingga diperoleh prototipe baru model. Kemudian kembali pada kegiatan meminta pertimbangan ahli dan praktisi. Disini ada kemungkinan terjadi siklus (kegiatan validasi secara berulang) untuk mendapatkan model yang valid. Setelah memperoleh buku model yang valid, selanjutnya dilakukan validasi perangkat pembelajaran, dengan tahapan-tahapan sebagaimana dijelaskan di atas.
2). Kegiatan Uji coba Lapangan
Sebelum kegiatan uji coba model menggunakan perangkat pembelajaran yang telah dikembangkan, terlebih dahulu dikembangkan instrumen. Jenis instrumen yang digunakan dalam fase ini adalah lembar observasi. Sebelum digunakan, instrumen tersebut terlebih dahulu divalidasi oleh para pakar untuk menguji layak atau tidak layaknya instrumen-instrumen tersebut digunakan untuk mengukur aspek-aspek yang ditetapkan.
Uji coba dilakukan bertujuan untuk melihat sejauh mana kepraktisan dan keefektifan model dalam pelaksanaan pembelajaran di kelas. Berdasarkan hasil uji coba lapangan dan analisis data hasil uji coba dilakukan revisi. Uji coba dan revisi ini dapat dilakukan berulang-ulang sampai diperoleh prototipe model (buku model, perangkat pembelajaran, dan instrumen) yang diinginkan berdasarkan aspek-aspek kepraktisan dan keefektifan. Untuk melakukan kegiatan ini, diperlukan pengembangan perangkat pembelajaran dan instrument terkait dengan pengukuran kepraktisan dan keefektifan model (penjelasan lebih lengkap tentang penyusunan dan pengembangan perangkat pembelajaran dan instrumen akan dibahas pada bagian berikutnya). Adapun kegiatan yang dilakukan pada waktu uji coba adalah:
1) melakukan uji coba lapangan,
2) melakukan analisis terhadap data hasil uji coba, dan
3) melakukan revisi berdasarkan hasil analisis data hasil uji coba.
Uji coba, analisis, dan revisi ini dimungkinkan terjadi siklus (kegiatan uji coba secara berulang) untuk mendapatkan prototipe final model yang memenuhi kriteria kepraktisan dan keefektifan. Sejalan dengan setiap tahapan pengembangan model, mulai dari tahap pengkajian awal sampai tahap tes, evaluasi, dan revisi seluruh komponen-komponen model, perangkat pembelajaran, dan instrumen penelitian diimplemen-tasikan dengan situasi saat ini. Jika terdapat perbaikan (revisi) atau perubahan pada model maka segera dilakukan peninjauan pada bagian-bagian perangkat dan instrumen penelitian. Untuk melakukan revisi sejalan dengan perubahan dan revisi pada model. Selanjutnya diimplementasikan apa yang telah dihasilkan saat ini.
Sebelum ujicoba dilakukan, terlebih dahulu diberikan penjelasan pada guru mitra yang melaksanakan pembelajaran dan pengamat yang mengamati jalannya proses pembelajaran. Dalam ujicoba ini juga dilakukan uji awal dan akhir untuk mengetahui reliabilitas, validitas, dan sensitivitas instrumen tes, dan aktivitas pembelajaran dalam pencapaian kompetensi yang ditetapkan berdasarkan data empirik. Desiminasi model boleh tidak dilakukan, karena berbagai pertimbangan.
Dalam proses pengembangan untuk mendapatkan prototipe final, yaitu model pembelajaran yang valid, praktis dan efektif, dimungkinkan akan terjadi siklus (kegiatan berulang) yaitu: melakukan validasi, dan revisi berulang kali terhadap prototype 1 (yang terdiri dari model, perangkat-perangkat pembelajaran, dan instrumen) dan prototipe yang telah memenuhi kriteria kevalidan diujicobakan beberapa kali di lapangan sampai kriteria kepraktisan/keterlaksanaan, dan keefektifan dipenuhi. Secara operasional, kegiatan validasi prototipe 1 (yang terdiri dari model, perangkat-perangkat pembelajaran, dan instrumen) dilakukan secara bersamaan/serentak, sehingga apabila kriteria kevalidan model belum dipenuhi, maka ketika merevisi model (sebagian atau keseluruhan) dilakukan bersamaan/serentak merevisi perangkat-perangkat dan instrumen yang terkait. Misalkan terjadi revisi atau perubahan pada sintaks (tahapan pembelajaran) maka dilakukan secara bersamaan revisi/perubahan pada rencana pembelajaran sebab rencana pembelajaran adalah operasional dari sintaks.
·         Fase implementasi (implementation).
 Tahap pendefinisian bertujuan untuk menentukan dan mendefinisikan syarat-syarat yang dibutuhkan dalam pembelajaran dengan menganalisis tujuan dan batasan materi. Kegiatan ini ditetapkan terlebih dahulu sebagai landasan untuk melangkah ke tahap-tahap pengembangan selanjutnya.

Model Plomp (2007:15)
Preliminary research : Analisis kebutuhan dan konteks, kajian literatur, mengembangkan kerangka konseptual dan teoritis untuk penelitian.
Prototyping stage : Proses perancangan secara siklikal dan berurutan dalam bentuk proses penelitian yang lebih mikro serta menggunakan evaluasi formatif untuk meningkatkan dan memperbaiki model intervensi.
Assessment phase : Semi evaluasi sumatif untuk menyimpulkan apakah solusi atau intervensi sudah sesuai dengan diinginkan serta mengajukan rekomendasi pengembangan model intervensi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar